Minggu, 08 November 2015

LIPI Belajar Pertanian Terpadu di Desa Gemilang

Hari Jum’at hingga Sabtu (28-29/08), tim Pusat Penelitian Kependudukan (P2K) Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan kunjungan ke 2 Desa Gemilang  di Jawa Tengah dampingan Al Azhar Peduli Ummat (APU).
Saat LIPI Belajar ke Desa Gemilang dalam Forum Discussion Group
Tim yang dipimpin Drs. Dundin Zaenuddin, MA (Kepala Pusat Penelitian Sumberdaya Regional LIPI) dan Endang Soesilowati (Ketua Perencana, Monitoring dan Evaluasi – PME IPSK LIPI)  juga membawa serta anggota Tim Koordinasi Laboratorium Sosial IPSK LIPI dan Sekteratris Desa Ligarmukti, Bogor sebagai pejabat desa tempat desa dampingan LIPI.
Rumah Produksi Tahu APU
Destinasi pertama, LIPI datang ke Desa Jemawan, Klaten untuk melihat dan belajar secara langsung konsep dan implementasi pertanian terpadu (integrated farming) yang pelaksanaan programnya APU bermitra dengan Yayasan Klaten Peduli Ummat (YKPU). Di Desa Jemawan, pendampingan desa gemilang ini telah memasuki tahun ketiga. Rumah pengolahan Tahu APU yang dikelola secara kelompok ini diintegrasikan dengan peternakan dan pertanian terpadu. Limbah tahu yang dikeluarkan dimanfaatkan untuk penambah bahan pakan ternak kambing dan sapi yang memiliki kandungan gizi sangat baik bagi hewan ternak. Selain itu, limbah cair tahu juga dipakai untuk biogas yang dicampur dengan limbah/kotoran ternak sebagai pemanas pengolahan kedelai. Kotoran ternak sapi dan kambing secara mandiri diolah dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian di desa Jemawan dan sekitarnya.
Saat ini Jemawan juga sudah mengembangkan peternakan domba komunal yang dikelola oleh kelembagaan lokal Griya Iqro secara berkelompok. Selain melakukan studi pertanian terpadu, Tim LIPI belajar bagaimana membentuk, mengelola dan mengoptimalkan kelembagaan lokal untuk membangun keberdayaan desa dengan mengoptimalkan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya sosial yang dimiliki desa.
Keesokannya, LIPI dan APU bergeser ke desa gemilang lainnya, yaitu Lingkungan Baran dan Mundu Kelurahan Puloharjo, Kecamatan Eromoko, Wonogiri yang disambut langsung oleh Lurah dan pejabat desa lainnya sebagai mitra program APU. LIPI menguatkan study-nya terkait kelembagaan lokal di Saung Ilmu bersama stakeholders program yaitu pendamping masyarakat, pengurus Saung Ilmu, kelompok-kelompok swadaya masyarakat, pejabat kelurahan dan jajarannya serta masyarakat Baran dan Mundu.
Rumah Rabuk Tempat Pengolahan Pupuk
Masyarakat juga memiliki manajemen penyimpanan hasil pertanian yang baik untuk menjaga ketersediaan pangan yang baik.  Melalui Rumah Rabuk yang dikelola secara swadaya masyarakat, petanipun telah mampu mandiri pupuk, tidak lagi bergantung pupuk kimia dari pemerintah yang masih langka dan mahal. Pupuk organik padat yang diproduksi masyarakat di Rumah Rabuk dengan memanfaatkan kotoran hewan dan limbah pertanian mampu men-suplay kebutuhan pupuk para petani di Baran & Mundu dan sekitarnya. Bahkan menjadi salah satu usaha bersama masyarakat melalui Umbaran (Usaha Masyarakat Mundu Baran).
“Hanya ada di desa gemilang, pengejawantahan dan wujud riil dari hasil studi dan penelitian-penelitian  yang kami lakukan”, ungkap Drs. Dundin Zaenuddin, MA. “Terima kasih kawan-kawan APU, dan mohon izin kami akan sebarkan virus-virus pemberdayaan dan kemandirian masyarakat ini”, pungkasnya. Sigit Iko Sugondo mewakili tim APU dan Forum Indonesia Gemilang juga mengucapkan terima kasih atas apresiasi ini. “Beginilah adanya desa-desa gemilang dampingan kami, tanpa direka-reka. Semoga banyak ilmu yang didapat dan menginspirasi”, ujar Sigit. “Dan, ini baru 2 desa. Masih ada puluhan desa-desa gemilang lainnya di 10 provinsi yang memiliki keunikan dan inovasi-inovasi pemberdayaan yang lain”, tutup Sigit Iko Sugondo.
Sumber : Anonim,2015.LIPI Belajar Pertanian Terpadu di Desa Gemilang.<http://alazharpeduli.com>.Diakses 7 November 2015.

 Niken Suryana (13769)

1 komentar:

  1. Nama : Tsalitsa Himma Ulya
    Kel : 7
    Golongan : B2
    NIM : 13600

    Nilai berita :
    a. Proximity : tulisan bersifat dekat dengan petani karena berisi hal-hal positif tentang desa Gemilang yang telah berhasil mewujudkan pertanian yang terpadu sehingga dapat melecutkan semangat desa lain terutama para petani untuk mencontoh kegiatan seperti yang diupayakan pada artikel di atas.
    b. Imporance : tulisan di atas mengandung informasi yang dibutuhkan petani karena memuat topik mengenai pertanian yang dapat dicontoh.
    c. prominence : artikel memuat tokoh atau suatu lembaga yang besar/terkenal yaitu LIPI. sehingga semakin menguatkan dan membuat daya tarik tersendiri bagi pembaca.
    d. consequence : berita berisi tindakan yang menarik yaitu tentang pertanian terpadu di Klaten sehingga menarik untuk disimak petani.
    e. development : berita berisi keberhasilan suatu desa mengenai sektor pertaniannya.

    Nilai penyuluhan :
    a. sumber teknologi/ide : adanya ide maupun usaha baru yaitu limbah tahu yang dikeluarkan dimanfaatkan untuk penambah bahan pakan ternak kambing dan sapi yang memiliki kandungan gizi sangat baik bagi hewan ternak.Limbah cair tahu juga dipakai untuk biogas yang dicampur dengan limbah/kotoran ternak sebagai pemanas pengolahan kedelai. Kotoran ternak sapi dan kambing secara mandiri diolah dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian di desa Jemawan dan sekitarnya kemudian juga Rumah Rabuk dengan memanfaatkan kotoran hewan dan limbah pertanian mampu men-suplay kebutuhan pupuk para petani sehingga bisa mandiri pupuk.
    b. adanya sasaran : yaitu pemberian gagasan kepada petani
    c. adanya manfaat : gagasan memberi manfaat untuk mencontoh kegiatan di atas sehingga lebih dapat menghemat biaya untuk melakukan pertanian terpadu yaitu dengan memanfaatkan bahan sisa untuk pupuk maupun biogas dan lainnya.
    d. adanya niali pendidikan : yaitu ide maupun gagasan yang dikemukakan dapat dipelajari kembali maupun dikembangkan di desa-desa lain di Indonesia sehingga wilayah lain dapat menerapkan kemandirian pupuk, dan lebih efektif dalam memanfaatkan barang sisa pertanian.

    BalasHapus